Dari awal aku nggak pernah denger yang namanya negara finlandia apalagi mengunjungi. Kalau Denmark, Greenland, aku pernah mendengar namanya sejak SD. Sedangkan finlandia?nggak sama sekali. Namun segalanya berubah saat aku mengenal seseorang yang semakin lama semakin spesial buatku. Aku mulai meng-google segala data tentang negara itu dan apa saja yang harus kulakukan untuk bisa kesana (Tolong dicatat bahwa meng-google bukanlah kata baru dalam bahasa Indonesia baku. Aku hanya memakainya demi alasan kepraktisan. Daripada me-mesin pencari yang menurutku tulisan dan bunyinya lebih konyol daripada meng-google). Aku mulai memperhatikan rekening tabunganku sendiri dan berharap-harap cemas bahwa paspor yang sudah kubuat sejak lulus kuliah itu bener-bener bisa dipakai keluar negeri (nih mental wong ndeso yang serba nggak pede nan lugu). Jujur saja memang keinginan travelling keluar negeri sudah terpatri sejak 5 tahun yang lalu. Kalau untuk tabungan sih, aku terus berjuang juga mencari uang tambahan di http://khatarinadian.tumblr.com/ selain mengandalkan gaji dari pekerjaan tetap saat itu.
Pertama, aku gabung di grup orang-orang yang suka travelling murah ke luar negeri. Ini langkah yang paling pinter yang pernah kubuat karena dari berbagai diskusi mereka aku mendapat INFORMASI penting. Selain terbuka dan ramah, mereka biasanya adalah kumpulan orang-orang kuat, ulet dan tabah. Masih ingat rasanya diseleksi jadi anggota pecinta Alam di SMA? Mereka inilah mahluk yang sesungguhnya lebih kuat dan pinter daripada yang lolos seleksi semacam itu. Dimana lagi kita menemukan seseorang yang bisa mendapatkan Rp. 0 untuk tiket pesawat ke New York? Ke Spanyol? Ke Rio? Fisik yang kuat untuk berlari dengan memanggul ransel demi mengejar pesawat berikutnya. Belum lagi mental baja kalau sudah tersesat dinegeri orang dengan pemahaman bahasa setempat nol persen, uang menipis dan warnet nihil seluas mata memandang. Kalo rata-rata kita pasti udah nangis, nyari kantor polisi atau nyari KBRI dinegara tersebut. Mereka? Boro-boro! Menurut mereka, tersesat itu seni loh! Katanya sih, sensasi dada berdebar-debar karena tegang dan excited. Lalu saat berhasil menemukan rute yang benar? Wuah rasanya sudah memenangkan uang ratusan juta dolar. Mereka ini juga tipe pengamat yang ampuh.
Nah, aku bergabung di Komunitas Backpacker Dunia di sebuah jejaring sosial terkenal. Lalu bergabung dengan komunitas orang-orang yang bersedia memberi akomodasi gratis untuk para backpacker dari seluruh dunia, klik di www.couchsurfing.com.
Apa sih couchsurfing? Pada dasarnya ini adalah tempat dimana orang-orang yang sama sekali asing, saling memberi tempat untuk sekedar tidur yang gratis. Mereka menjadi anggota situs ini, mencantumkan identitas diri dengan lengkap, mencatumkan kemauan untuk memberi akomodasi yang bisa berupa tempat untuk tidur atau hanya bertemu dan minum kopi. Juga mencantumkan detail perjalanan yang pernah mereka lakukan, lalu ada rekomendasi dari beberapa orang dimana mereka pernah mendapat akomodasi dan terkadang mempromosikan betapa ramahnya mereka sebagai tamu atau tuan rumah 😀 . Disinilah kita diuji sebagai bagian dari warga dunia. Betul, bukan hanya warga Negara Indonesia di sebuah propinsi, namun benar-benar warga dunia. Memahami bahwa ada banyak orang dengan berbagai latar belakang, bahasa, budaya, kebiasaan, cara pandang dan segudang perbedaan lainnya daripada kita. Harus bisa bijaksana pada saat menjumpai dan memberi akomodasi pada orang-orang yang berbeda denganmu, ini adalah langkah pertama dalam petualanganmu. Belajar mengkomunikasikan dirimu dan memegang teguh prinsipmu juga merupakan hal yang bisa kita pelajari disini.
Kenapa kita perlu memberi akomodasi gratis? Karena bagaimanapun kita perlu membalas kebaikan mereka dengan juga memberi yang kita punya. Semalam atau dua malam di rumah kita tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan kebaikan yang nantinya akan kita dapatkan juga saat kita mencari akomodasi murah dinegara tujuan kita. Selain itu, kita juga perlu belajar tentang negara-negara yang ingin kita datangi, bukan begitu?! Pengalaman yang selama ini kuperoleh adalah bahwa kebijaksanaan untuk menyeimbangkan antara prinsip dan pemikiran terbuka itu juga perlu. Buang jauh-jauh keluguan dan kepolosan khas wong jowo yang mengungkung hidupmu (sori yah, rada kesukuan nih 😛 ) dan mulailah membuka pemikiranmu. Nggak lucu kan kalau kau mempelajarinya saat sudah terdampar diantara lelaki transeksual di Pattaya, Thailand dan dengan noraknya menertawakan mereka. Yang akan ditertawakan adalah dirimu. Orang disana akan memandang betapa dangkal dan mulai bertanya dari negara mana kamu berasal. Oh no, jauh-jauh keluar negeri kamu sudah memalukan bangsa. Jadi, PR pertama adalah membuka mata dan memahami tempat dimana kita akan pergi, berbagi pengalaman kita dan bersenang-senang karena biasanya para backpacker itu mahluk paling ramah yang aku kenal
Sejauh ini, aku sudah memberi akomodasi gratis kepada pasangan dari Belanda, Perancis, Brazil – Uzbekistan, arek-arek malang, teman dari Timor dan warga Jakarta yang aksen Bataknya medok banget dan super fun. Juga bertemu dengan Couchsurf-er di Malang yang adalah warga negara Uzbekistan. Kesemuanya memberi pengalaman berharga dan cerita yang menarik. Oh ya, mereka juga bisa dipercaya dan sangat komunikatif, masuk dan keluar rumahku dengan sopan dan hangat (entah apakah ini hanya keberuntunganku atau memang mereka semua bukan pencuri, perampok atau penipu. Yang jelas aku belum pernah menemukan kasus dimana ada kejahatan yang melibatkan anggota website ini (Dan nggak pingin menemukan kejahatan seperti itu 😛 ) Mungkin hanya kesalahpahaman dalam artian ranah percakapan pribadi dimana ada yang tersinggung dengan ucapan tertentu (tapi bukan aku loh yaa 😛 ). Apakah kamu tahu bahwa rata-rata warga Negara eropa berpendapat bahwa orang amerika tidak berpendidikan dan ndeso? 😀 Apakah kamu tahu bahwa makan di Perancis itu harus tepat waktu dan mereka menolak makan kalau tidak pada waktunya? Sebegitu eksotisnya cabai dan manggis, sampai tamuku meminta dibayar manggis kalau aku hendak mempekerjakan mereka. Hahahaha… Benar-benar pengalaman menghibur! 🙂
Leave a Reply